Sunday, November 27, 2011

Santa Bernadette Soubirous


Pada tahun ini, tahun 2011, umat Katolik memperingati 153 tahun penampakan Bunda Maria di Lourdes kepada Bernadetta Soubirous. Peringatannya secara meriah telah kita rayakan pada bulan Februari lalu di Gereja Utuslah Roh-Mu km 45. Bernadetta Soubirous sendiri dikanonisasi dan pestanya dirayakan setiap tanggal 16 April, tanggal ia wafat 129 tahun yang lalu. Malam ini kami secara singkat mengangkat tema Santa Bernadetta Soubirous dan kisah hidupnya menanggapi penampakan Bunda Maria.

Bernadette Soubirous lahir pada tanggal 7 Januari 1844, dari pasangan Francois Soubirous -seorang pengusaha penggilingan gandum yang jatuh miskin- dan isterinya, Louise Casterot. Ia adalah anak pertama dari 9 bersaudara, tetapi 3 di antara meninggal dunia di masa bayinya. Sebetulnya, namanya adalah Marie Bernarde tetapi karena perawakannya yang kecil mungil, ia kemudian biasa dipanggil Bernadette yang berarti Bernarde kecil. Mereka hidup di Lourdes, sebuah desa di Perancis bagian selatan tetapi bahasa yang digunakan di sana bukanlah bahasa Perancis, tapi bahasa Occitan yang mendapat pengaruh dari bahasa Catalan dan bahasa Spanyol.

Ia dibaptis 2 hari setelah kelahirannya, yaitu tanggal 9 Januari yang merupakan hari ulang tahun perkawinan kedua orangtuanya. Keluarga Soubirous hidup dalam kemiskinan dan sejak bayi kesehatan Bernadette kurang baik. Ia sering menderita sakit, terutama asma. Tetapi demikian, ia tetap membantu ibunya mengasuh kelima adiknya. Dan ketika Bernadette telah dianggap cukup umur, ia pun harus bekerja sebagai pembantu dan penggembala ternak. Pada usia 14 tahun, ia adalah anak kecil yang baik, taat dan ramah, tetapi tidak sangat terpelajar, khususnya dalam masalah yang berkaitan dengan doktrin-doktrin dan tradisi-tradisi Katolik.

Suatu hari, pada tanggal 11 Februari 1858, suatu peristiwa yang luar biasa terjadi. Ketika ia bersama adiknya Toinette dan seorang temannya sedang mencari kayu bakar di sebuah gua (grotto) yang disebut Massabielle (=Batu Besar), di tepi sungai Gave dekat kota Lourdes. Dia sendirian di dekat gua sementara dua gadis lainnya beristirahat mengumpulkan kayu. Bernadetta mendengar sesuatu yang aneh:

“Suatu hari saya dan dua gadis lain pergi ke pinggir sungai Gave. Tiba-tiba saya mendengar bunyi gemerisik. Saya mengarahkan pandangan ke arah padang yang terletak di sisi sungai, tetapi pepohonan di sana tampak tenang dan suara itu jelas bukan datang dari sana. Kemudian saya mendongak dan memandang ke arah gua di mana saya melihat seorang wanita mengenakan gaun putih yang indah dengan ikat pinggang berwarna terang. Di atas masing-masing kakinya ada bunga mawar berwarna kuning pucat, sama seperti warna biji-biji rosarionya.

Saya menggosok-gosok mata saya, kemudian saya tergerak untuk memasukkan tangan saya ke dalam lipatan baju saya di mana tersimpan rosario. Saya ingin membuat tanda salib, tetapi tidak bisa, tangan saya lemas dan jatuh kembali. Kemudian wanita itu membuat tanda salib. Setelah usaha yang kedua saya berhasil membuat tanda salib meskipun tangan saya gemetar. Kemudian saya mulai berdoa rosario sementara wanita itu menggerakkan manik-manik di antara jari-jarinya tanpa menggerakkan bibirnya sama sekali. Setelah saya selesai mendaraskan Salam Maria, wanita itu tiba-tiba menghilang.

Saya bertanya kepada kedua gadis yang lain apakah mereka melihat sesuatu, tetapi mereka mengatakan tidak. Tentu saja mereka ingin tahu apa yang telah terjadi. Saya katakan kepada mereka bahwa saya melihat seorang wanita mengenakan gaun putih yang indah, namun saya tidak tahu siapa dia. Saya minta mereka untuk tidak menceritakan hal itu kepada siapa pun. Mereka mengatakan saya bodoh karena memikirkan yang bukan-bukan.”

Bernadette meminta kepada kedua gadis lainnya untuk menjaga rahasia, tetapi ternyata adiknya mengatakannya kepada ibu mereka. Ibunya memarahinya dan berkata kepadanya agar menghilangkan ilusi tolol dari kepalanya. Tetapi Bernadette meyakini dalam hatinya bahwa kejadian-kejadian itu nyata.

Tiga hari kemudian tiga gadis itu kembali ke gua, sambil membawa air suci untuk menguji batinnya. Wanita itu menampakkan diri sekali lagi tetapi hanya Bernadetta yang dapat melihatnya. Ketika Bernadetta menuang air suci ke tanah, wanita itu hanya tersenyum. Sekarang Bernadetta yakin bahwa ini bukan tipuan iblis.

Sekarang seluruh desa sadar apa yang terjadi Massabielle. Ketika Bernadette kembali ke gua bersama dengan orang-orang kota untuk ketiga kalinya pada tanggal 18 Februari, wanita itu menampakkan diri lagi dengan permintaan agar Bernadetta kembali 15 kali lagi dengan jarak waktu yang tetap. Dalam penampakan ini, wanita itu berkata secara khusus kepada Bernadetta bahwa dia tidak dapat menjanjikan kebahagiaan baginya di dunia ini, tetapi bahwa kebahagiaan itu akan menunggunya di surga. Sekitar 100 orang desa mengikuti Bernadette ke gua, beberapa saksi menyatakan bahwa mereka merasakan suasana berserah hati selama penampakan kepada Bernadette. Mereka melihat wajah Bernadette diliputi dengan ekspresi hormat dan tunduk. Walaupun sudah sangat santer beredar kabar bahwa adalah Bunda Maria sendiri yang memperlihatkan diri, Bernadette menyatakan bahwa ia sudah menanyakan siapakah wanita itu, tetapi wanita itu hanya tersenyum mendengar pertanyaannya.

Walaupun sudah ada 100 orang yang menyertainya selama Bernadette menerima penglihatan dari sosok wanita yang konon adalah Bunda Maria, banyak juga orang lain dari Lourdes yang menunjukkan sikap kritis dan meragukannya. Orang-orang tua dan polisi beberapa kali membawa Bernadette untuk ditanyai, ia juga menjalani pemeriksaan kejiwaan. Ia juga ditekan agar tidak kembali ke gua. Walaupun dalam tekanan, Bernadette tetap sabar dan dengan kepolosan tanpa melebih-lebihkan tetap memberikan keterangan yang sama.

Seorang dokter menyertai Bernadette dalam perjalanan berikutnya dan menyimpulkan bahwa dia tidak menemukan apa-apa yang abnormal dalam diri Bernadette selama mengalami ekstase. Itu terjadi pada tanggal 21 Februari, penampakan keenam kepada Bernadette, ketika perempuan itu berkata kepada Bernadette:

“Berdoalah bagi para pendosa.”

Sejumlah besar orang sekarang mengikuti Bernadette ke gua Masabielle, para pejabat pemerintah gelisah bahwa orang akan terluka atau jatuh di sekeliling lubang gua. Maka Prokur Kerajaan, M. Dutour, berkata kepada Bernadette agar dia tidak turun lagi ke gua. Tetapi Bernadette menolaknya sebab dia berjanji kepada perempuan itu untuk kembali. Terkejut atas kebulatan tekad Bernadette, Prokur berkata dia akan memikirkannya. Komisaris polisi, Dominique Jacomet, berharap Bernadette menghentikan apa yang dianggap sebagai tebakan. Bagaima-manapun, berdasarkan interogasi komisaris tidak menemukan inkon-sistensi dari kisah Bernadette, maka dia hanya mengancam Bernadette dengan hukuman penjara jika dia kembali ke gua.

Ayah Bernadette datang ke kantor polisi mengajak Bernadette pulang ke rumah, dan komisaris memperingatkan dengan keras kepada mereka berdua agar tidak kembali ke gua. Perintah polisi itu ditentang, dalam perjalanan pulang ke rumahnya Bernadette berbalik dan kembali ke gua. Dibayang-bayangi oleh polisi dan orang banyak yang mengikutinya, Bernadette tidak menerima penampakan hari itu, tetapi dia harus menanggung ejekan yang menyakitkan hati dari orang-orang yang memfitnah dan yang tidak percaya.

Dua hari kemudian, pada tanggal 23 Februari, Bernadette kembali ke gua dan dianugerahi dengan penampakan Maria lain, yang meminta dengan sangat:

“Penitensi!”

Hari berikutnya Maria berkata kepada Bernadette:

“Minumlah dari sumber air ini dan mandilah di situ.”

Bingung karena tidak ada sumber air di Gua Massabielle, Bernadette mulai menggali tanah dengan rasa takut, menimbulkan tertawaan dan cemoohan dari orang banyak yang berpikir dia mulai gila. Tetapi tercenganglah orang banyak itu, kelembaban mulai merembes dari tanah yang telah digalinya, dan Bernadette mengambil air, meminumnya, dan mengotori mukanya dengan lumpur. Orang banyak menertawakannya dan menganggap ia hanya berbohong. Tetapi beberapa hari aliran air yang kecil itu mengeluarkan lebih banyak air yang jernih dan berubah menjadi mata air.

Penduduk setempat mulai mengikuti Bernadette untuk minum dan mandi dari sumber air yang kini jernih tidak berlumpur itu. Seorang penduduk desa, Catherine Latapie menyatakan bahwa ia lengannya yang tadinya lumpuh dapat digerakkan kembali setelah ia mandi di sumber air itu. Kejadian ini menjadi catatan pertama mengenai kesembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.

Pada penampakan yang ketigabelas pada tanggal 2 Maret Bernadette diperintahkan untuk mengatakan kepada imam agar membangun kapel di Gua Massabielle. Wanita itu berkata kepada Bernadette bahwa orang-orang harus datang ke gua dalam bentuk prosesi, tetapi Abas Peyramale berkata dengan sangat kasar kepada Bernadette bahwa dia tidak biasa menerima perintah dari penampakan-penampakan aneh, dan bahwa jika perempuan itu menginginkan kapel dan prosesi-prosesi di gua pertama-tama dia hams mengidentifikasikan dirinya.

Pada penampakan yang keempat belas pada tanggal 3 Maret, Bernadette menanyakan nama sang wanita tersebut, tetapi menurut Bernadette, wanita itu hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum, tidak memberikan jawaban apapun.

Keesokan harinya, pada 4 Maret, Bernadette diikuti 9 ribu orang kembali ke gua. Untuk kedua kalinya Bernadette menanyakan nama wanita itu. Tetapi menurut Bernadette, kembali wanita itu hanya tersenyum. Ketika Bernadette menceritakannya kepada Abas Peyramale, Abas hanya tersenyum mendengarnya, dan meyakinkan Bernadette bahwa wanita itu menertawakannya dan Abas menyuruh Bernadette untuk tidak kembali ke gua itu. Tapi Bernadette walaupun sempat merasa bimbang, merasa bahwa ia harus tetap pergi.

Tiga minggu kemudian barulah Bernadette kembali ke gua pada tanggal 25 Maret, Hari Raya Kabar Sukacita Maria dan penampakan ke-16 kepada Bernadette. Bernadette berkata bahwa setelah tiga kali pertanyaannya dijawab dengan senyum, setelah Bernadette bertanya untuk keempat kalinya, wanita itu tidak tersenyum. ”Dengan lengannya ke bawah, wanita itu mengangkat tatapannya ke surga, dan kemudian dengan mengatupkan tangannya ke dada, ia berkata kepada Bernadette dalam bahasa Occitan:

“Que soy era Immaculado Councepciou!” (“Aku adalah Yang Dikandung Tanpa Dosa”)

Bernadette, gadis sederhana dengan sedikit pendidikan, tentu saja tidak tahu arti “Dikandung Tanpa Dosa”, tetapi segera menyampaikan pesan itu kepada Abas Peyramale. Mendengar kata-kata Bernadette, hati Abas terpana. Abas bertanya sekali lagi, apakah Bernadette yakin dengan ucapannya. Bernadette berkata bahwa ia yakin, dan ia mengatakan bahwa ia mengulang-ulangi kata-kata wanita itu agar ia tidak lupa.

Empat tahun sebelumnya yaitu tanggal 8 Desember 1854 Paus Pius IX dalam ensikliknya Ineffabilis Deus mengeluarkan dogma bahwa Bunda Maria dikandung tanpa dosa. Sudah sejak semula umat beriman secara tradisi percaya bahwa Bunda Maria sungguh-sungguh mulia dan tanpa dosa karena mengandung Tuhan sendiri. Tetapi ungkapan teologis ’Yang Dikandung Tanpa Dosa/Immaculata Conceptio’ tidak banyak dikenal umat selain para tertahbis yang mendalami teologi dan filsafat. Ketika ungkapan ini keluar dari mulut Bernadetta, yang bahkan buta huruf, Abas Peyramale baru diyakinkan bahwa wanita itu adalah sungguh-sungguh Perawan Maria Yang Terberkati dan bahwa dia datang meneguhkan dogma Immaculata Conceptio.

Sebuah tempat suci segera dibangun di Gua Massabielle, dan sumber airnya segera terkenal karena daya penyembuhannya. Pada tanggal 18 Januari 1862, Uskup Lawrence, Uskup Tarbes, keuskupan yang membawahi Lourdes, mengeluarkan surat yang mengakui pe­nampakan-penampakan di Lourdes sebagai penghargaan iman:

”Kami meyakinkan bahwa Penampakan ini supranatural dan berasal dari Allah…”

Bernadette menerima penampakan Maria yang ke-18 dan itu adalah penampakan Bunda Maria yang terakhir kalinya bagi Bernadette pada tanggal 16 Juli 1858, pada Pesta Perawan Maria dari Gunung Karmel. Bernadette tidak pernah mencari nama tenar dan popularitas, dalam banyak hal ia berharap dapat hidup dengan tenang karena peristiwa penampakan Bunda Maria dan keajaiban-keajaiban yang terjadi menarik perhatian banyak orang di seluruh Perancis dan wilayah sekitarnya. Dalam beberapa tahun setelahnya ia senantiasa dengan sabar menghadapi banyak orang-orang yang ingin menemuinya: orang-orang yang berharap kesembuhan hanya dengan menemuinya, orang-orang yang meragukannya, orang-orang yang tidak percaya dan menentang, orang-orang penasaran yang ingin mendengar langsung darinya. Banyak orang yang menceritakan betapa Bernadette selalu sangat sabar, murah hati dan toleran kepada banyak pengunjung yang muncul begitu saja ingin menemuinya. Bahkan banyak orang yang ragu dan menolak penampakan Bunda Maria terkesan terhadap Bernadette yang tetap rendah hati, jujur dan lugas.

Walaupun dengan sabar ia menemui tamu-tamunya, Bernadette semakin tertarik dengan ide memasuki biara untuk dapat hidup tenang. Awalnya ia tertarik memasuki biara Karmel, tapi kondisi kesehatannya tidak memungkinkannya mengikuti rutinitas biara Karmelit yang berat. Akhirnya ia memutuskan dan diterima dalam biara para Suster Charitas di Nevers, Perancis, pada usia 22 tahun. Saat tiba pertama kalinya di biara ia diminta untuk menceritakan lagi penglihatannya di hadapan para suster yang sedang berkumpul, tetapi setelah ia selesai menceritakannya, suster kepala melarang ia dan seluruh suster lain membahas penglihatannya lagi dan hidup senormal mungkin di biara seperti suster lainnya. Ia sangat senang dengan larangan tersebut walaupun suster kepala mengijinkannya sesekali menemui imam-imam senior dan uskup yang melakukan wawancara untuk keperluan Gereja. Ia hidup senormal mungkin di biara dan akhirnya memperoleh kemampuan baca dan tulis. Ia bekerja merawat orang sakit, dan membuat hiasan-hiasan taplak altar dan jubah-jubah. Suster Marie-Bernarde (nama biara Bernadette) sering sakit selama di biara, menderita TBC, sakit tulang, tumor, asma, dan kesehatan yang memburuk secara keseluruhan. Dalam suatu serangan asma yang berat, ia meminta air dari mata air di Lourdes, dan serangan asmanya secara ajaib berkurang dan ia tidak pernah menerima serangan asma yang buruk lagi. Tapi Suster Marie-Bernarde tidak memohon kesembuhan dari mata air Lourdes lagi saat ia menderita tuberkulosis pada tulang lutut kanannya. Ketika ditanya mengapa ia tidak pergi ke Lourdes untuk memohon kesembuhan, Bernadette mengatakan bahwa kesembuhan dari Lourdes bukanlah untuknya, tetapi untuk mereka yang lebih sakit daripadanya.

Ia menyaksikan perkembangan Lourdes menjadi tempat ziarah ketika dia masih tinggal di Lourdes antara usia 14-22 tapi sesudah masuk biara ia tidak tahu-menahu lagi dan ia bahkan juga tidak hadir saat pemberkatan Basilika Yang Dikandung Tanpa Dosa pada tahun 1876. Kesehatannya semakin memburuk karena serangan TBC dan ia meninggal pada usia 35 tahun pada tanggal 16 April 1879.

Suster Nathalie Portat yang menjaga Suster Bernadette menceritakan bahwa Bernadette kerap menampakkan ekspresi wajah menahan kesakitan dan meminta rekan-rekannya mendoakan jiwanya. Pada saat terakhirnya, ia menceritakan bahwa Suster Bernadette mendoakan Salam Maria dengan penuh kerendahan hati bagaikan seorang anak perempuan kecil pada ibunya menyatakan dua kali ’Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini” Beberapa saat kemudian Bernadette membuat tanda salib, minum beberapa tetes air dan meninggal dalam kedamaian.

Ketika tubuh Suster Marie-Bernarde digali 30 tahun kemudian pa­da tanggal 30 September 1909, pihak penyelidik Gereja yang dipimpin oleh Uskup Nevers, Mgr. Gauthey, di hadapan dua dokter dan seorang suster komunitasnya, menemukan tubuhnya tidak rusak. Tidak busuk, tidak bau, tidak rusak sedikit pun – meskipun kulitnya menjadi kering dan tampak hitam setelah dimandikan, maka wajah dan tangannya dibalut dengan lilin untuk menyembunyikan perubahan warna. Walaupun demikian, Rosario dan salib dalam genggamannya berkarat. Mereka membersihkan dan mengenakan pakaian baru sebelum memakamkannya kembali.

Pada penggalian yang terakhir, tanggal 18 April 1925, tubuh Bernadette tetap tampak tidak ada tanda pembusukan, walaupun ada perubahan warna pada wajah dan lesakan pada mata dan hidung. Gereja setempat kemudian membuat cetakan wajahnya dengan lilin berdasarkan foto-foto aslinya dan melapisinya di wajah aslinya yang menghitam. Dewasa ini, tubuhnya tetap diperlihatkan dalam peti kaca di kapel biaranya, St. Gildard, di Nevers, Perancis, sebagai pernyataan bagi Perawan Maria dari Lourdes. Kapelnya menjadi tujuan peziarahan dan tubuhnya tetap utuh hingga hampir 130 tahun setelah kematiannya pada tanggal 16 April 1879.

Bernadette Soubirous dikanonisasi menjadi orang kudus pada tanggal 8 Desember 1933 – Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Dosa. Setiap tahun jutaan orang datang berdoa di tiga basilika Lourdes dan mengunjungi Gua Massabielle mengambil bagian dalam penyembuhan melalui sumber air, yang telah menyembuhkan begitu banyak orang dari penyakit fisik dan rohani. Salah satu penyembuhan yang paling terkenal adalah penyembuhan mata Louis Bouriette. Bouriette adalah tukang batu setempat, matanya yang satu buta, yang membantu untuk membangun kolam di sekeliling sumber yang telah ditemukan Bernadette. Ketika dia menggosok matanya yang buta dengan lumpur dan berdoa kepada Perawan Maria, secara ajaib matanya dapat melihat. Pada tahun 1986, 63 keajaiban lainnya telah dibuktikan kebenarannya oleh pemeriksa medis yang independen sebagai penghargaan iman. Ia adalah pelindung bagi orang sakit, keluarga, penggembala dan orang miskin. Sebuah catatan diberikan kepada kanonisasinya bahwa ia menerima sebutan orang kudus bukan sepenuhnya karena ia menerima penampakan Bunda Maria, tetapi terutama karena kesederhanaan dan kekudusan hidupnya sendiri.

Lourdes pada pertengahan abad kesembilan belas adalah kota kecil di perbatasan dengan benteng-benteng pertahanan, sebuah tanda pertempuran-pertempuran di masa silam dengan penduduk yang bersandar pada kegiatan agrikultur dan hampir semua adalah penganut Katolik. Kini Lourdes memiliki populasi 15 ribu orang tapi sanggup menampung lima juta peziarah selama masa peziarahan antara bulan Maret hingga Oktober. Diperkirakan Lourdes telah menerima peziarahan 200 juta orang sejak tahun 1860.

Pesta Santa Bernadette Soubirous dirayakan Gereja Katolik pada tanggal 16 April. Secara istimewa pula 16 April adalah ulang tahun Bapa Suci kita tercinta Paus Benediktus XVI.





Saturday, August 13, 2011

Aprite le porte a Cristo! Bukalah Pintu Bagi Kristus!


Pada 1 mei 2011 lalu kita merayakan Beatifikasi Paus Yohanes Paulus II, dengan adanya beatifikasi ini diciptakanlah sebuah lagu untuk menghantarkan pembuka misa beatifikasi dan lagu penutup.

Lagu ini berjudul Aprite le porte a Cristo! dalam bahasa Itali, Christo aperite portas! dalam bahasa Latin, yang berarti Bukalah pintu bagi Kristus!

Seorang Pastor Italia bernama Marco Frisina yang mengcompose lagu yang didengar oleh seluruh dunia Selama Beatifikasi ini melambangkan peninggalan spiritual Paus di dunia.

Lagu ini dikerjakan dengan sangat cepat sebelum beatifikasi, Lagu ini diciptakan benar-benar dari perkataan sang Paus Yohanes Paulus II sendiri, Pastor Marco Frisina ingin seluruh penjuru dunia mengenang kata-kata itu dan menjadikannya warisan peninggalan spiritual Paus di dunia.

Lyrics:

Rit.
Aprite le porte a Cristo!
Non abbiate paura:
spalancate il vostro cuore
all'Amore di Dio.

Testimone di speranza
per chi attende la salvezza,
pellegrino per amore
sulle strade del mondo. -Rit.

Vero padre per i giovani
che inviasti per il mondo,
sentinelle del mattino,
segno vivo di speranza. -Rit.

Padre di misericordia,
Figlio nostro Redentore,
Santo Spirito d'Amore,
a te, Trinità, sia gloria. -Rit.

Amen.

Bukalah pintu bagi Kristus!
Jangan takut
Buka lebar hatimu bagi Allah.

Saksi Harapan
bagi mereka yang menunggu keselamatan,
pemberi cinta
di jalan-jalan dunia.

Bapa Giovani
telah diutus ke dunia
Dialah cahaya pagi,
pembawa harapan.

Bapa penuh kasih,
Putra, Penebus kita,
dan kasih Roh Kudus bagimu,
Kemuliaan bagi Trinitas.

Amin.

(maaf jika ada kesalahan penterjemahan, mohon pemberitahuan melalui comment)

Saturday, August 6, 2011

Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga



SP Maria diangkat ke Surga Pada Hari Raya Bunda Maria ini Gereja merayakan hak istimewa Bunda Maria, Bunda kita. Bunda Maria Diangkat ke Surga artinya Bunda Maria masuk dalam kemuliaan surga tidak hanya jiwanya saja, tetapi juga dengan tubuhnya. Putera Allah dikandung dalam rahim murni Perawan Maria. Jadi, memanglah tepat, jika tubuhnya harus juga dimuliakan segera sesudah hidupnya di dunia berakhir.

Sekarang Bunda Maria berada di surga. Ia adalah ratu surga dan bumi. Ia adalah Bunda Gereja Kristus dan Ratu para Rasul. Setiap kali Bunda Maria meminta Yesus untuk menganugerahkan berkat dan rahmat-Nya kepada kita, Yesus mendengarkan permintaan Bunda-Nya.

Setelah dibangkitkan dari kematian, kita pun juga, dapat pergi ke surga dengan tubuh kita. Jika sekarang kita mempergunakan tubuh kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, kelak tubuh kita akan memperoleh bagian kemuliaan di surga. Setelah kebangkitan, tubuh kita akan menjadi sempurna. Ia tidak akan menderita sakit lagi. Ia tidak memerlukan makanan atau pun minuman agar tetap hidup. Ia akan dapat pergi ke semua tempat tanpa waktu atau pun usaha. Ia akan menjadi elok dan mengagumkan!

Sunday, July 31, 2011

St. Eusebius


Eusebius dilahirkan di pulau Sardinia, Italia, sekitar tahun 283. Kedua orangtuanya adalah orang-orang Kristen yang saleh. Menurut tradisi, ayahnya wafat sebagai martir. Eusebius senantiasa aktif dalam komunitas Kristiani. Ia terpanggil untuk melayani umat di Roma dan kemudian pergi ke Italia utara, ke Vercelli. Eusebius dipilih sebagai uskup pertama Vercelli. Uskup Eusebius dan sebagian imamnya menjalani hidup biasa seturut gaya hidup para biarawan dalam biara. Para imamnya mendapatkan persiapan matang untuk bertumbuh dalam kehidupan rohani. Mereka juga berlajar bagaimana menghadapi orang-orang yang datang kepada mereka untuk mohon bimbingan. Para imam dalam bimbingan St Eusebius menjadi pelayan-pelayan Kristus yang tekun dan riang gembira. Banyak dari antara mereka yang di kemudian hari ditahbiskan sebagai uskup.

Pada masa itu, bidaah Arian tersebar luas. Banyak orang menjadi bingung dan menganggap bidaah tersebut sebagai benar. Kaisar Konstantius juga seorang penganut bidaah Arian, ia menghendaki agar semua orang berpihak kepadanya. Para uskup yang tidak mau tunduk padanya dibuang dari keuskupan mereka. St Atanasius dibuang pada tahun 355. Eusebius hadir dalam Sidang Milan yang mengutuk St Atanasius. Tetapi, Eusebius tidak mau memberikan suaranya untuk menentang Atanasius, jadi ia disingkirkan juga. Eusebius dibuang ke Palestina. Pada mulanya, seorang yang baik hati memberinya tumpangan sebagai tamu terhormat di rumahnya. Tetapi, orang yang baik ini meninggal dunia dan para penganut bidaah Arian menculik sang uskup. Mereka menganiaya, menyeretnya di jalan-jalan, lalu mengurungnya dalam sebuah kamar sempit empat hari lamanya. Ketika para utusan dari keuskupan Vercelli menuntut agar uskup dibebaskan serta dikembalikan ke tempat asalnya, tuntutan dipenuhi. Tetapi, sebentar kemudian, bapa uskup disiksa dan dianiaya kembali. Ketika Konstantius wafat pada tahun 361, kaisar berikutnya mengijinkan para uskup yang diasingkan untuk kembali ke keuskupan mereka.

St Eusebius adalah seorang pembela kebenaran yang gagah berani, juga para uskup lainnya yang mengagumkan pada masa itu, seperti St Atanasius dan St Meletius. St Eusebius diyakini sebagai salah seorang yang memberikan sumbangan dalam persiapan “Kredo Atanasius.” Kredo ini merupakan salah satu kredo yang sangat berharga di mana dinyatakan segala apa yang kita yakini sebagai orang Katolik. Uskup Eusebius menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya di Vercelli, di tengah umat keuskupannya. Ia wafat pada tanggal 1 Agustus 371.

Friday, July 29, 2011

SAYA PIKIR.....................

1. Saya pikir, hidup itu harus banyak meminta
~ ternyata harus banyak memberi.
2. Saya pikir, sayalah orang yang paling hebat
~ ternyata ada langit di atas langit.
3. Saya pikir, kegagalan itu final
~ ternyata hanya sukses yang tertunda.
4. Saya pikir, sukses itu harus kerja keras
~ ternyata kerja pintar.
5. Saya pikir, kunci surga ada di langit
~ ternyata ada di hatiku.
6. Saya pikir, Tuhan selalu mengabulkan setiap permintaan
~ ternyata Tuhan hanya memberikan yang kita perlukan.
7. Saya pikir, makhluk yang paling bisa bertahan hidup adalah yang paling pintar, atau yang paling kuat
~ ternyata yang paling cepat merespon perubahan.
8. Saya pikir, keberhasilan itu karena keturunan
~ ternyata karena ketekunan.
9. Saya pikir, kecantikan luar yang paling menarik
~ ternyata inner beauty yang lebih menawan.
10. Saya pikir, kebahagiaan itu waktu menengok ke atas
~ ternyata saat melihat ke bawah.
11. Saya pikir, usia manusia itu di ukur dari bulan & tahun
~ ternyata dihitung dari apa yang telah dilakukannya kepada orang lain.
12. Saya pikir, yang paling berharga itu uang & emas permata
~ ternyata yang paling berharga itu kesehatan dan nama baik.

Saturday, June 4, 2011

Santa Rita de Cascia


Rita dilahirkan pada tahun 1381 di sebuah dusun kecil di Italia. Kedua orangtuaya sudah tua. Telah lama mereka mohon pada Tuhan agar dikaruniai seorang anak. Ketika Rita lahir, mereka membesarkan Rita dengan kasih sayang. Ketika usianya lima belas tahun, Rita ingin masuk biara, tetapi orangtuanya menetapkan bahwa ia harus berumah tangga. Pria yang mereka pilih menjadi suami Rita ternyata seorang yang kejam serta tidak setia. Perangainya yang kasar membuat semua tetangga takut padanya. Namum demikian, selama delapan belas tahun lamanya, isterinya dengan sabar menanggung segala makian. Berkat doa-doanya, kelembutan serta kebaikan hatinya, pada akhirnya ia dapat melunakkan hati suaminya. Suaminya minta maaf pada Rita atas segala perlakuannya dan bersedia kembali kejalan Tuhan.

Kebahagiaan Rita atas pertobatan suaminya tidak berlangsung lama. Suatu hari, tak lama kemudian suaminya dibunuh. Rita terpukul dan putus asa. Ia mengampuni para pembunuhnya dan berusaha agar kedua puteranya juga mau mengampuni mereka. Tetapi, ia melihat tekad kedua puteranya untuk balas dendam atas kematian ayah mereka. Rita berdoa agar kedua puteranya itu lebih baik mati saja daripada membunuh. Dalam beberapa bulan, kedua puteranya sakit parah. Rita merawat mereka dengan kasih sayang. Selama mereka sakit, ia membujuk mereka untuk mengampuni orang lain serta mohon pengampunan dari Tuhan bagi diri mereka sendiri. Mereka mematuhi nasehat ibunya dan meninggal dalam damai.

Sekarang, suami maupun anak-anaknya telah meninggal dunia. Sebatang kara di dunia, tiga kali Rita berusaha agar dapat diterima di biara di Cascia. Peraturan biara di sana tidak mengijinkan seorang wanita yabg telah menikah bergabung bersama mereka, meskipun suaminya telah meninggal dunia. Rita pantang menyerah. Pada akhirnya para biarawati membuat suatu perkecualian baginya. Di biara, Rita amat menonjol dalam ketaatan dan belas kasihan. Ia memiliki devosi yang amat mendalam kepada Yesus tersalib. Satu ketika, pada saat berdoa, ia mohon pada Yesus agar diijinkan ikut merasakan kepedihan luka-luka-Nya. Suatu duri dari mahkota duri-Nya menusuk keningnya dan menimbulkan luka yang tak pernah dapat disembuhkan. Malahan, luka itu semakin buruk keadaannya dan mengeluarkan aroma tak sedap, sehingga St. Rita harus menjauh dari para biarawati lainnya. Ia bahagia dapat menderita sebagai bukti cintanya kepada Yesus.

St. Rita wafat pada tanggal 22 Mei 1457 dalam usia tujuh puluh enam tahun. Sama seperti St. Yudas Tadeus, St. Rita sering dijuluki "Santa atas Hal-hal yang Mustahil."

Sunday, March 13, 2011

Santo Patrisius, Pelindung bangsa Irlandia



Santo Patrisius lahir di Inggris tahun 389. Anak seorang pegawai Romawi keturunan Skotlandia. Ketika berusia 16 tahun, ia diculik oleh segerombolan perampok, dan dijual sebagai budak belian di Irlandia. Selama 6 tahun sebagai budak, ia mengalami banyak perlakuan tidak adil dan penindasan. Perlakuan ini menimbulkan kebencian terhadap bangsa Irlandia, yang kebanyakan orang Kafir. Situasi ini mendorong dia untuk melarikan diri dan berniat satu saat akan mempertobatkan bangsa tersebut, dan mereka mengenal Kristus. Ia menyadari penculikan tersebut sebagai jalan Tuhan agar ia lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Kesadaran akan cinta Kristus terhadap bangsa tersebut.

Niat untuk mempertobatkan itu semakin kuat, karena kenyataanya hidup orang Irlandia yang kafir itu. Ia berhasil melaksanakan tekatnya dan meloloskan diri dari cengkeraman hidup sebagai budak. Dia pergi ke Perancis, di sana ia masuk sebuah biara. Dia menempuh studi imamat. Setelah menyelesaikan studinya, ia ditahbiskan menjadi imam. Karyanya dalam tugas imamat sangat gemilang dan berhasil mempertobatkan bangsa Irlandia. Karya ini semakin nampak ketika ia diangkat menjadi uskup dan mendirikan Gereja di Irlandia.

Santo Patrisius juga mengajarkan konsep Tritunggal kepada bangsa Irlandia dengan menunjukkan kepada mereka daun shamrock, sejenis semanggi dengan tiga helai daunnya, dan menggunakannya untuk menunjukkan keyakinan Kristen tentang 'tiga pribadi dalam satu Allah'.

Sunday, February 27, 2011

Santa Perpetua dan Felisitas


Perpetua dan Felisitas hidup di Kartago, Afrika Utara, pada abad ketiga. Pada masa itu terjadi penganiayaan yang hebat atas orang-orang Kristan oleh Kaisar Septimus Severus.

Perpetua yang berusia duapuluh dua tahun adalah puteri seorang bangsawan kaya. Semenjak kecilnya ia selalu mendapatkan apa saja yang ia inginkan. Tetapi ia sadar bahwa ia mengasihi Yesus dan iman Kristianinya jauh lebih berharga dari apa pun yang dapat ditawarkan oleh dunia. Oleh karena imannya itulah ia menjadi seorang tahanan yang siap menghadapi hukuman mati.

Ayah perpetua adalah seorang kafir. Ia melakukan segala daya upaya untuk membujuk puterinya agar mengingkari iman Kristianinya. Ia berusaha meyakinkan Perpetua akan betapa pentingnya menyelamatkan nyawanya. Tetapi, Perpetua tetap pada pendiriannya, meskipun ia tahu bahwa ia harus meninggalkan suami serta bayinya.

Felisitas, pelayan Perpetua yang Kristen, adalah seorang budak. Ia dan perpetua bersahabat. Mereka saling berbagi iman dan cinta akan Yesus. Felisitas juga rela kehilangan nyawanya bagi Yesus dan bagi imannya. Oleh sebab itu ia juga menjadi seorang tahanan yang siap menghadapi hukuman mati.

Felisitas adalah seorang isteri. Ketika sedang di penjara karena imannya, ia juga menjadi seorang ibu muda pula. Bayinya diangkat anak oleh seorang wanita Kristen yang baik. Felisitas amat bahagia karena sekarang ia dapat pergi sebagai martir.

Bergandengan tangan, Perpetua dan Felisitas menghadapi kemartiran mereka dengan gagah berani. Mereka dijadikan mangsa binatang-binatang buas dan kemudian dipenggal kepalanya. Mereka berdua wafat sekitar tahun 202.

Wednesday, February 23, 2011

Santa Agatha


Seorang gadis Kristen nan cantik bernama Agatha hidup di Sisilia pada abad ketiga. Gubernur mendengar kabar tentang kecantikan Agatha dan menyuruh orang untuk membawa gadis itu ke istananya. Ia menghendaki Agatha melakukan dosa melanggar kesuciannya, tetapi Agatha seorang gadis pemberani dan pantang menyerah. “Yesus Kristus, Tuhanku,” ia berdoa, “Engkau melihat hatiku dan Engkau mengetahui kerinduanku. Hanya Engkau saja yang boleh memilikiku, oleh sebab aku sepenuhnya adalah milik-Mu. Selamatkanlah aku dari orang jahat ini. Bantulah aku agar layak untuk menang atas kejahatan.”

Gubernur mencoba mengirim Agatha ke rumah seorang wanita pendosa. Mungkin saja gadis ini akan menjadi jahat pula. Tetapi Agatha menaruh kepercayaan yang besar kepada Tuhan dan berdoa sepanjang waktu. Ia menjaga kesucian dirinya. Ia tidak mau mendengarkan nasehat-nasehat jahat wanita dan anak-anak perempuannya itu. Setelah sebulan berlalu, Agatha dibawa kembali kepada gubernur. Sekali lagi gubernur berusaha membujuknya. “Engkau seorang wanita terhormat,” katanya dengan lembut. “Mengapa engkau merendahkan dirimu sendiri dengan menjadi seorang Kristen?” “Meskipun aku seorang terhormat,” jawab Agatha, “aku ini seorang hamba di hadapan Yesus Kristus.” “Jika demikian, apa sesungguhnya arti dari menjadi terhormat?” tanya gubernur. Agatha menjawab, “Artinya, melayani Tuhan.”

Ketika gubernur tahu bahwa Agatha tidak akan mau berbuat dosa, ia menjadi sangat marah. Ia menyuruh orang mencambuk serta menyiksa Agatha. Sementara ia dibawa kembali ke penjara, Agatha berbisik, “Tuhan Allah, Penciptaku, Engkau telah melindungi aku sejak masa kecilku. Engkau telah menjauhkan aku dari cinta duniawi dan memberiku ketabahan untuk menderita. Sekarang, terimalah jiwaku.” Agatha wafat sebagai martir di Catania, Sisilia, pada tahun 250.(yesaya.indocell.net)

Tuesday, February 22, 2011

Santa Margaretha dari Cortona, pengakuan iman


Margaretha tergolong gadis yang malang hidupnya terlebih-lebih setelah ibunya meninggal. Gaya hidupnya sembrono tanpa kendali. Nasehat-nasehat saleh dari ibunya tidak lagi dituruti. Demikian pula kewajiban-kewajiban agama. Gejolak remajanya tak kuasa dikendalikannya. Ia bergaul dan bersenang-senang dengan pemuda-pemuda tanggung yang buruk akhlaknya. Pada usia 16 tahun, ia mengikuti pemuda bangsawan ke Montepulsiano. Di sana ia hidup bersama pemuda itu sebagai istri selir.

Pada suatu hari ia mengikuti anjing kesayangan tuannya, yang menunjukkan tanda-tanda aneh tentang suatu kejadian. Sampai di suatu tempat, anjing itu berhenti sambil menyalak-nyalak. Ternyata disitu tergeletaklah pemuda bangsawan itu dalam keadaan berlumuran darah dan tak bernyawa lagi. Karena peristiwa ini, Margaretha diusir dari istana bersama dengan anaknya. Ia pergi ke rumah ibu tirinya tetapi di sana ia tidak diterima. Setelah luntang-luntung beberapa hari, lalu ia pergi ke biara suster-suster Santo Fransiskus untuk minta perlindungan. Di biara itu ia diterima.

Di biara inilah, Margaretha mulai menyadari kebejatan hidupnya. Ia bertobat dan berniat untuk meninggalkan perbuatan-perbuatannya yang bejat itu. Pada suatu minggu ia pergi ke kampung halamannya, Leviano, untuk berdoa di gereja dan mengakui dosa-dosanya.

Setelah mengalami banyak pencobaan batin yang berat, akhirnya ia diterima sebagai anggota Ordo ketiga Santo Fransiskus. Keanggotaannya di ordo ini sungguh suatu anugrah Tuhan baginya. Ia mulai menata hidupnya secara baru dalam doa karya-karya amal. Akhirnya dia sendiri mendirikan sebuah rumah sakit untuk orang miskin. Anaknya sendiri menjadi seorang imam dalam Ordo Santo Fransiskus. Margaretha meninggal dunia pada tahun 1297 di Cortona.

Saturday, January 1, 2011

Lima Belas Janji Bunda Maria Kepada Orang-orang yang Berdoa Rosario

1. Barang siapa dengan setia menghormatiKu dengan berdoa Rosario, akan menerima rahmat yang istimewa.

2. Aku berjanji akan melindungi secara khusus dan memberi rahmat yang berlimpah kepada yang berdoa Rosario.

3. Rosario akan menjadi perisai yang ampuh untuk melawan kejahatan, menghancurkan sifat-sifat yang tidak baik, mengurangi dosa dan memberantas kesesatan iman.

4. Rosario akan memperkembangkan kebajikan dan karya-karya yang baik, akan memberikan pengampunan dari Allah kepada jiwa-jiwa, akan menghapus kecintaan manusia akan harta benda duniawi dan segala kehampaannya; dan akan mengembangkan hasrat untuk memiliki kehidupan dan hal-hal yang abadi dalam diri manusia. Oh, semoga jiwa-jiwa dapat menyucikan dirinya sendiri dengan cara ini.

5. Jiwa yang bersandar padaKu dalam doa Rosario tidak akan binasa

6. Barang siapa berdoa Rosario dengan penuh kesungguhan dan kekhususan, dengan merenungkan peristiwa-peristiwa yang suci, tidak akan ditimpa kemalangan.

7. Barang siapa yang hidup dengan penuh kesetiaan terhadap rosario, tidak akan mati tanpa menerima sakramen-sakramen Gereja Kudus.

8. Barang siapa yang setia dalam doa Rosario, akan mendapat rahmat Allah selama hidupnya dan lebih-lebih pada saat ajalnya; Pada waktu ajal mereka akan ikut menikmati pahala para suci di surga.

9. Aku akan membebaskan mereka yang penuh kesetiaan terhadap Rosario dari siksa api pencucian.

10. Mereka yang setia pada Rosario, akan mendapatkan kemuliaan yang luhur di surga.

11. Kamu akan mendapatkan apa yang kamu minta dariKu dengan berdoa Rosario.

12. Mereka yang menganjurkan berdoa Rosario, akan kubantu dalam kesulitan hidupnya

13. Aku mendapat janji dari PuteraKu bahwa para penganjur doa Rosario akan mendapatkan perhatian surgawi secara khusus selama hidup dan pada saat kematiannya.

14. Semua yang berdoa Rosario adalah PuterKu dan saudara-saudara PuteraKu yang tunggal Yesus Kristus.

15. Devosi terhadap RosarioKu adalah pertanda yang luhur bahwa yang bersangkutan akan kebahagiaan bersama Kristus.

Jangan Lupa:

- Dapat menerima indulgensi penuh tiap kali berdoa Rosario di Gereja atau di Kapel, di rumah bersama keluarga atau organisasi.

- Aku adalah ratu Rosario yang suci......................................
Berdoalah untuk:
Orang-orang berdosa.
Untuk perdamaian dunia.

- Suruhlah kaum beriman bertobat dan berbuat silih.

(Fatima, 13 Oktober 1917)

Anak-anak, aku mengundangmu
untuk bertobat secara pribadi.
Saat ini adalah bagimu!
Tanpa kalian, rencana Allah
tidak dapat direalisasikan.
Anak-anakku, berkembanglah
dari hari ke hari makin dekat kepada Allah,
melalui doa

Aku memberimu senjata
untuk melawan Goliatmu.
Inilah kerikil-kerikil-Mu:

1. Berdoa dengan hati: Rosario
2. Ekaristi
3. Kitab Suci
4. Berpuasa
5. Pengakuan Dosa setiap bulan